Wednesday, May 9, 2007


Melihat Dari Dekat Bencana Lumpur Lapindo

Oleh: Akhmad Lazuardi Saragih

Awal pekan tadi, tepatnya senin (26/3) saya berkunjung ke semburan lumpur Lapindo Inc। Sudah lama saya ingin melihat secara dekat bagaimana fenomena semburan lumpur panas itu. Perjalanan dari Surabaya menuju Porong Sidoarjo dilalui dengan kendaraan. Menjelang memasuki kota Porong Sidoarjo, kondisi udara disana sudah tidak bersahabat, debu yang menggurita ditambah asap kendaraan yang begitu pekat semakin menambah kesemerautan kondisi cuaca ketika memasuki Porong Sidoarjo dengan jarah tempuh sekitar satu jam dari kota Surabaya

Dari sisi kanan jalan menuju arah arah kota Porong Sidoarjo sudah terlihat luberan sisa-sisa lumpur yang menghiasi pekarangan rumah yang tak terawat lagi serta ditinggalkan pemiliknya. Kepulan asap putih dari kejauhan juga terlihat dari sumber semburan lumpur panas Lapindo.

Spanduk yang terpampang disisi-sisi ruas jalan berisi kecaman warga Porong nampak terpampang disekitar ruas jalan. Ketika saya memasuki kota Porong sungguh penderitaan yang begitu luar biasa tertanam diwajah masyarakat. Psikologis masyarakat nampak labil seperti raut muka mereka yang begitu terlihat lelah dan kusam.

Tampak terlihat segerombolan pemuda mencegat mobil-mobil yang lalu-lalang menuju arah ke Pasuruan atau kota Malang. Tujuan mereka adalah menawarkan diri untuk memberikan jalan alternatif agar para pengendara tidak terjebat macet melintasi areal semburan lumpur panas.

Belakangan, pekerjaan semacan ini adalah pekerjaan sampingan mereka, karna tempat pekerjaan mereka telah tenggelam oleh lumpur Lapindo, sebagian pemuda dan masyarakat Porong Sidoarjo pun kita tengah dilanda pengganguran berjamaah. Sungguh sebuah penderitaan yang tak mesti mereka terima. Akibat musibah ini bagaimanapun masyarakat juga yang sangat dirugikan.

”Wisata Bencana”

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, memaparkan bahwa kita mesti kreaitf untuk melihat musibah bencana yang melanda bangsa Indonesia saat ini. Presiden dalam kesempatan itu menyampaikan bahwa bencana yang melanda bangsa Indonesia bisa dijadikan sebagai lahan untuk menjadi tempat wisat baru. Meski menyadari bahwa Indonesia rawan terhadap bencana, namun SBY bermaksud agar musibah ini bisa membawa berkah juga.

Apa yang dikatakan Presiden, juga terjadi di Kota Porong Sidoarjo. Semburan lumpur panas akibat ekspolari PT Lapindo juga membawa berkah tersendiri pada sebagian masyarakat disana. Lumpur panas yang dikeliling oleh tanggul-tanggul yang bertinggian sekitar antara 5-15 meter diatas tanah menjadikan lahan itu menjadi tempat wisata baru bagi masyarakat.

Tak pelak, saya bertandang kesana pun sempat harus mengeluarkan kocek agar bisa masuk menuju tanggul lumpur agar bisa melihat dari dekat semburan lumpur serta hamparan lumpur panas lapindo. Untuk menuju ke daerah bencana lumpur yang lain saya kembali harus mengeluarkan kocek. Syukurnya, biaya yang harus dikeluarkan tidak begtiu besar, antara kisaran Rp 1000 s/d Rp. 5000.

”Wisata bencana” lumpur panas Lapindo barangkali adalah menjadi fenomena tersendiri. Kesengsaran warga Porong Sidoarjo dan sebagian warga lainnya yang terkena luberan lumpur membuat bencana itu menjadi tontonan tersendiri bagi warga yang melintas dan secara langsung melihat dari dekat.

Bagaimanapun juga kita yang melihat dari dekat akan mengerut dada, dan bertanya: mengapa musibah ini bisa terjadi mendera masyarakat. Bencana atau musibah yang melanda masyarakat Porong Sidoarjo boleh jadi berbuah tempat rekreasi dan wisata baru, tetapi itu tak boleh menjadi pembenaran bagi pemerintah dan PT Lapindo untuk tidak bertanggungjawab. Sekedar untuk dijadikan pelajaran dan perhatian kita agar ratapan masyarakat bisa diakhiri dan wisata ”bencana” ini pun bisa ditutup sebagai akhir sebuah fenomena agar dikemudian hari tak terulang lagi.

Belajar dari Sidoarjo

Belajar dari fenomena bencana lumpur panas yang melanda Porong Sidoarjo, kita mesti berkaca diri terhadap kondisi alam di bumi Kalimantan. Terkhusus Kalimantan Selatan yang memiliki sumber daya alam yang begitu melimpah dengan berbongkah hasil bumi. Sepatutnya kita harus menjaga ekosistem SDA di bumu Kalimantan agar terhindar dari bencana yang bisa membuat penderitaan masyarakat, sekali lagi bagaimanapun masyarakat juga yang akan dirugikan akibat ekspolari yang berlebihan terhadap alam, dan kini akibat dari ekspolari itu bertumbal pada bumerang bagi masyarakat dan pemerintah sendiri.

Kalimantan selatan sebagai daerah yang memiliki potensi penghasil sumber daya alam batubara kini menyisakan penderitaan masyarakat. Masyarakat kini tengah merasakan dampak yang begitu luas akibat ekspolari batubara yang begitu berlebihan oleh para penambang baik yang mendapatkan ijin (legal) maupun yang tidak (illegal).

Saya menyadari penuh, baik legal maupun yang illegal dari proses yang terjadi dalam penambangan batubara di Kalsel tak membawa untung bagi daerah, malah buntung yang didapat. Masyarakat kini merasakan dampak yang terjadi akibat ekspolarasi batu-bara: banjir, tanah yang rusak, infrastruk jalan yang hancur, debu batubara yang membawa penyakit, serta himpitan ekonomi akibat dampak yang timbulkan akibat banyaknya lahan masyaraka yang rusak. Ini semua pemimpin daerah dan elit di kalangan wakil rakyat diam.! Sebuah tanda tanya besar, dimana letak kesadaran mereka terhadap rakyat kecil.

Mencintai akan pentingnya menjaga ekosistem serta merawatnya dengan baik, adalah kunci bagi kita agar alam tak marah hingga membuat dia bicara.

Dari akhir perjalanan saya di kota Porong Sidoarjo, sebagian warga meratap sedih akibat dampak yang ditimbulkan lumpur panas Lapindo, karna sebagian masyarakat yang ada disana kita tengah dilanda kesengsaraan: rumah mereka yang tenggelam akibat lumpur, lahan pertanian yang tak bisa digarap lagi, serta mata pencaharian yang hilang.

Wajah kusam warga yang dilanda semburan lumpur panas Lapindo hingga harapan agar lumpur bisa segera teratasi boleh jadi sebuah jawaban terhadap fenomena bangsa kita saat ini yang berharap agar segala musibah bencana dapat diakhiri.***